IPO MAHKOTA KELEBIHAN PERMINTAAN DUA KALI
25 Juni 2018
JAKARTA – PT Mahkota Group Tbk akan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menawarkan sebanyak 703,68 juta saham ke publik melalui skema penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) atau setara 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Harga IPO ditawarkan antara 200-250 rupiah per saham, sehingga dana segar yang diincar sekitar 140,73-175,92 miliar rupiah. Saham Perseroan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak dua kali. Dan, bertindak sebagai penjamin emisi efek PT Panin Sekuritas Tbk.
Direktur Panin Sekuritas, Prama Nugraha, mengemukakan penjamin emisi saham Mahkota, perusahaan perkebunan minyak sawit atau crude palm oil (CPO), masih akan terus mendata akan permintaan yang masuk. “Untuk yang di-pooling dan dijatahkan kami masih akan mendiskusikannya dengan emiten karena melihat demand-nya cukup tinggi.
Nanti kita tetapkan yang fixed-nya berapa dan akan coba untuk mengakomodir untuk pooling yang sudah masuk selama penawaran umum,” ungkap dia di Jakarta, Jumat (22/6). Valuasi harga IPO Mahkota menggunakan price to book value (PBV), meski di sisi lain mengacu pada laporan keuangan selama tiga tahun terakhir, laba bersih Perseroan mengalami penurunan.
Prama menjelaskan sebelumnya ada pertimbangan dalam membuat valuasi harga IPO antara menggunakan PBV atau price to earning ratio (PER). Bila menggunakan PER mengacu pada laba tahun 2017 saja sudah menurun, bahkan penurunan laba telah terjadi selama tiga tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh kondisi cuaca dan kebakaran yang terjadi pada 2015 sehingga berdampak pada dua tahun kemudian (2016 dan 2017).
Namun, setelah bencana reda maka produksi sawit kembali meningkat dan produksi CPO pun bisa meningkat di 2018. “Kalau kita pakai PER 2017 jadi tidak relevan dan kita harus melihat lagi di PER 2018,” jelas dia. Adapun laba bersih 2017 yang berhasil dikantongi sebesar 17 miliar rupiah, sementara itu target laba bersih 2018 melonjak menjadi 50 miliar rupiah.
Menurut Prama, bila menggunakan PER 2018 mengacu pada target laba bersih perseroan tahun ini sebesar 50 miliar rupiah maka PER sebanyak 14-17 kali. Sementara itu, untuk PBV 2018 saja sekitar 1,1-1,4 kali. Terkait harga IPO, menurut Prama, penetapannya nanti tidak hanya melihat harga saja tetapi juga memperhatikan profil investor.
“Terlepas dari kondisi industrinya seperti apa, IPO ini terus berjalan. Ekspansi itu harus berjalan dan tidak bisa menunggu timing yang bagus baru mulai,” tambah dia. Adapun tanggal efektif diharapkan terbit pada 29 Juni 2018. Masa penawaran umum 3-9 Juli 2018. Pencatatan di BEI pada awal Juli 2018.
Sumber : http://www.koran-jakarta.com/ipo-mahkota-kelebihan-permintaan-dua-kali/