KUNJUNGAN MAHASISWA NOMENSEN - SAWIT MASA DEPAN INDONESIA
16 Desember 2019
Krisis energi yang akan terjadi semakin nyata. Sumber energi seperti minyak bumi, batubara, gas diperkirakan akan habis. Sementara penggunaan nuklir sebagai sumber energi memberi dampak besar pada kelangsungan hidup manusia. Bila sumber energi ini mengalami kebocoran, radiasi yang ditimbulkan sangat membahayakan, bukan saja kepada manusia, tapi juga lingkungan.
“Gempa bumi yang terjadi di Jepang menyebabkan terjadi kerusakan pada reaktor nuklir. Itu sangat membahayakan,” sebut Presiden Direktur PT Mahkota Group pada kunjungan Mahasiswa Semester 5 dan 7 Universitas Nomensen Fakultas Hukum Prodi Hukum Bisnis di NTU, Selasa, (10/12).
Untuk itu kata Usli, perlu adanya sumber energi berkelanjutan atau sustainable dan ramah lingkungan. Salah satu berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Saat ini lahan yang dipergunakan di dunia untuk menanam tumbuh-tumbuhan seperti kedelai, biji kapas, biji rapa, bunga matahari dan sawit sebanyak 290 juta hektar untuk meng-hasilkan minyak 221 juta ton. Dari penggunaan lahan tersebut sebanyak 44 persen ditanami kedelan menghasilkan 24 persen, biji kapas sebanyak 12 persen menghasilkan minyak 2 persen. Biji rapa sebanyak 11 persen menghasilkan minyak 11 persen. Bunga matahari 9 persen menghasilkan minyak 9 persen dan sawit 7 persen menghasilkan minyak 34 persen dari 221 juta ton minyak sebagai sumber energi.
Dikatakan Usli, kelapa sawit juga dapat ditanam di rawa-rawa yang selama ini belum dimanfaatkan. Di Indonesia terdapat 23 juta hektar lahan rawa-rawa. Ini potensi besar untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit tanpa merusak lingkungan.
“Saya tidak setuju kalau sawit merusak lingkungan. Tapi yang ada salah kelola sehingga merusak ling-kungan. Kalau dilihat dari pengelolaan kelapa sawit, hanya sekitar 20 persen yang salah kelola, sementara 80 persen mengelola dengan baik,” sebutnya.
Masa Depan
Produksi minyak yang dihasilkan kelapa sawit sebagai energi terbukti lebih banyak bila dibandingkan dengan tumbuhan lain. Begitu pula dengan penggunaan lahan yang lebih sedikit.
Usli mengapresiasi pe-merintah dalam mendukung sawit untuk menghasilkan sumber energi. Tahun ini pemerintah menerapkan B20 dan tahun depan (2020) naik menjadi B30. Dengan kenaikkan tersebut penyerapan CPO di dalam naik 2,6 juta ton. Itu dari B30, belum lagi dari penggunaan minyak goreng dan sebagainya.
“Sawit adalah masa depan Indonesia,” sebut Usli.
Ambil Bagian
Walau kelapa sawit me-miliki prospek yang sangat menjanjikan, tidak semua orang bisa melakukan. Butuh investasi besar. Usli mencontohkan, dibutuhkan biaya Rp120 miliar untuk mendirikan satu pabrik CPO. Butuh biaya Rp320 miliar untuk mendirikan pabrik minyak goreng. Setidaknya untuk dapat mendapatkan keuntungan butuh 100 hektar menanam kepala sawit.
Besarnya investasi yang dibutuhkan, bukan berarti mahasiswa tidak bisa ambil bagian untuk mendapatkan keuntungan. Dengan membeli saham perusahaan kelapa sawit, sudah menjadi investor.
“Beli saham perusahaan yang memiliki prospek yang menjanjikan untuk mendapatkan keuntungan,” tegas-nya.