MGRO BIDIK PENJUALAN RP 5 TRILIUN
10 Januari 2019
JAKARTA — Emiten perkebunan, PT Mahkota Group Tbk. memproyeksikan penjualan pada tahun ini berpotensi mencapai Rp5 triliun didorong oleh penjualan produk turunan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Pada 2018, emiten asal Tanah Deli itu menargetkan penjualan perseroan mencapai Rp2 triliun. Namun, pada tahun ini perseroan memasang target pendapatan yang ambisius, yakni 2,5 kali dari target 2018.
Target penjualan senilai Rp5 triliun itu dipasang sejalan dengan rampungnya pabrik refinery baru pada Juni 2019.
Sekretaris Perusahaan Mahkota Group Elvi mengatakan, kontribusi pabrik refinery terhadap penjualan bakal dimulai pada Juli 2019. Pabrik baru itu, bakal menghasilkan produk turunan CPO seperti olein atau minyak goreng dan sterin yang merupakan bahan baku margarin atau oleokimia.
"Kontribusi penjualan dari refinery kurang lebih sekitar 40% dari target,” ungkapnya kepada Bisnis, Rabu (9/1).
Menurutnya, perusahaan yang menyasar bisnis CPO sudah cukup banyak sehingga muncul persaingan yang cukup ketat. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perseroan mulai menyasar produk turunan CPO.
Untuk memperoleh margin laba yang lebih tinggi, perseroan harus menciptakan produk dengan nilai tambah.
Pada 2018, target laba emiten berkode saham MGRO itu senilai Rp50 miliar dan ditargetkan naik menjadi Rp123 miliar pada tahun ini.
Dalam rangka melancarkan produksi minyak goreng pada semester II/2019, perseroan telah menyediakan stok sejak akhir tahun lalu. Pengadaan stok dilakukan MGRO dengan memperlambat penjualan CPO pada akhir tahun lalu.
Adapun, nilai proyek penghiliran itu mencapai Rp330 miliar. Dana pembangunan pabrik minyak goreng MGRO berasal dari pinjaman perbankan dan dana hasil initial public offering (IPO).
Berdasarkan catatan Bisnis, MGRO memperoleh dana senilai Rp158,33 miliar dari hasil IPO. Sebanyak 60% dana tersebut atau sekitar Rp95 miliar dialokasikan untuk pembangunan pabrik baru. Adapun, 40% sisanya dipakai sebagai modal kerja entitas anak.
Presiden Direktur Mahkota Group Usli Sarsi sebelumnya menyampaikan, pengembangan industri hilir berupa pembangunan pabrik refinery berkapasitas 1.500 ton per hari dan kernel crushing plant 200—400 ton per hari di Kabupaten Bengkalis, Riau, dapat berjalan September 2018. Proyek tersebut dijalankan oleh cucu usaha MGRO, yakni PT Intan Sejati Andalan dan ditargetkan rampung pada Juni 2019.
Dalam laporan keuangan September 2018, pendapatan MGRO senilai Rp1,46 triliun, naik 18,7% year-on-year dari posisi Rp1,23 triliun. Laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp45,41 miliar, dari posisi rugi bersih Rp17,27 miliar.
Sebagai informasi, MGRO merupakan emiten yang melantai di BEI pada 12 Juli 2018. Dalam IPO pada perseroan melepas 703,68 juta saham baru atau setara dengan 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Pada penutupan perdagangan akhir tahun lalu, saham MGRO mendarat di level harga Rp995 per saham. Dengan demikian, MGRO mencetak pertumbuhan harga 342,22% sepanjang 2018.
Adapun pada akhir perdagangan Rabu (9/1), MGRO ditutup di level harga Rp935 per saham. MGRO diperdagangkan dengan level harga per laba (price earnings ratio/PER) 55 kali. Adapun, nilai kapitalisasi pasar MGRO sebesar Rp3,29 triliun. (Novita S. Simamora)
Sumber : Harian Bisnis Indonesia Terbit Kamis, 10 Januari 2019