Ikuti kami




PELAN-PELAN AKAN MASUK KE HILIR

30 Januari 2019

JAKARTA — PT Mahkota Group, Tbk. boleh dibilang sebagai salah satu pemain baru di kalangan perusahaan sawit yang melantai di bursa. Dengan menawarkan saham perdananya ke publik pada 12 Juli 2018, perusahaan tersebut terus mengembangkan bisnis hilir sawit. Bisnis berkesempatan berbincang tentang strategi perseroan di bisnis hilir sawit dengan Direktur Utama Mahkota Group, Usli Sarsi belum lama ini. Berikut petikannya.


Bagaimana rencana pada tahun ini setelah melakukan IPO?

Belanja modal kami targetkan Rp200 miliar untuk penyelesaian refinery. Pada 2018, kami sudah ada pengeluaran Rp100 miliar lebih untuk refinery. Total project sekitar Rp330 miliar. Pada tahun ini [ada tambahan] Rp200 miliar termasuk tangki timbunnya. Kami fokus di penyelesaian di refinery ini. Kalau proyek-proyek lain masih akusisisi, masih pembicaraan awal saja. Rencana tahun ini fokusnya refinery kernel crushing plant, produk olahan dari sawit juga. Selanjutnya, kami akan meluncurkan produk minyak goreng pada Agustus.


Ada ekspektasi terhadap market share bisnis minyak goreng pascapeluncuran?

Kami flow saja. Untuk [menentukan target] market [share] itu sulit. Pasar yang menentukan. Kami punya bagaimana supaya peningkat an kinerja dari tahun ke tahun bisa meningkat. [Target] laba kami tahun ini sudah kami sebutkan. [Pada] 2019 kami targetkan Rp123 miliar. Mudah-mudahan bisa tercapai seiring dengan berjalannya refinery ini. Adapun, [target] omzet Rp5 triliun.


Butuh berapa lama sampai bisnis ini cukup matang?

Pada tahun lalu sudah IPO dan pada tahun ini peluncuran produk. Kalau kami lihat perusahaan sejenis, memang perlu beberapa tahun… [agar] minyak goreng bisa cukup dikenal, tetapi kami harapkan bisa lebih cepat lagi.

Sekarang ini banyak teknologi terbaru yang bisa membuat produk ramah lingkungan dan lebih sehat karena teknologi. Kami enggak merasa tersaingi karena customer kami yang dimenangkan.

Mereka [pelanggan] diprioritaskan, bagaimana konsumsinya, [produknya] lebih higienis, sehat, salah satunya harga lebih murah, terjangkau dan kemasan yang lebih baik. Saya kira Mahkota Group punya visi itu.

Kami punya visi zero waste tetapi kami perlu investasi lanjutan. Namun, arah kami ke sana. Selain itu, visi kami adalah 3P, profit, planet, people. Kami save planet tetapi juga kami memenangkan semua stakeholder termasuk customer kami. Kami punya pemikiran baik untuk perusahaan, profit, maupun semuanya, harus diperhatikan sambil meminimalkan dampak negatif. Namun, positifnya bisa kami maksimalkan.


Siapa sajakah role model Anda di dunia bisnis?

Banyak. Sebenarnya kiblatnya lebih ke Jack Ma. Jack Ma punya visi jauh ke depan yang saya senangi. Contohnya, bagaimana orang bisa mendapatkan manfaat dari apa yang dikerjakan yang berhubungan dengan teknologi. Sampai dia enggak cuma [peduli urusan] bisnis saja…Mereka [Alibaba] membuat teknologi dan menggaet banyak orang untuk memasarkannya. Filosofinya ke pendidikan juga sangat luar biasa. Warren Buffett juga menginsipirasi.


Apa pelajaran penting yang bisa dipetik dari orang-orang besar itu?

Kami juga mengharapkan di Indonesia kami bisa menjadi salah satu inspirator. Saya juga aktif di organisasi, yayasan dan sekolah. Kami sampaikan bahwa anak yang diperlukan bukan hanya pintar tetapi juga bijak, kreatif, dan bisa kerja sama dengan yang lain. Banyak perusahaan enggak memperhatikan itu.

Kami sudah membuat pupuk, buat macam macam. Jadi, kami punya pandangan kalau bisnis kami mau long term, semua stakeholder harus dipikirkan. Di bidang sawit yang kami pilih, sudah sangat tepat karena di sinilah kelebihan kami.


Bagaimana mengelola kekuatan yang besar tersebut menghadapi persaingan?

Sebenarnya Indonesia punya potensi besar [di sawit]. Kalau di bidang yang China besar, jangan coba-coba masuk. Sawit itu China enggak bisa [kembangkan]. Mereka enggak bisa menanam sawit. China itu menanam di Afrika. Di China itu hanya 1%—2% lahan yang bisa ditanami sawit.

Produk-produk yang diperlukan di China itulah yang kami buat, seperti gula dan sawit. Kalau enggak, kita [Indonesia] hanya pemakai. Mobil listrik, kita cuma pemakai.

Kita bisa rintis dari awal tetapi kita kalah waktu. Jadi, bagusnya kami fokus dari sawit sampai ke turunannya. Itu akan memaksi malkan logistik. China dan India saja berani keluar [uang] besar [membangun pabrik] tetapi bahan bakunya dari Indonesia. Kalau kami investasi di sini [hilir sawit], cost logistiknya bisa kami pangkas.


Bagaimana cara mengembangkan industri hilir sawit?

Parfum itu impor dari luar padahal bahan bakunya dari minyak kernel [turunan sawit]. Ada lima mata rantai industri hilir dari sawit sampai ke biodiesel, oleochemical, ada 5 mata rantai. Benar bahwa di Indonesia sudah ada industri hilir, tetapi minyak goreng saja.

Oleochemicalacid, alkohol sampai pengganti cokelat, mata rantai itu masih di luar. Kita [Indonesia] masih mengirim bahan baku. Jadi, kalau bisa lima industri hilir sawit [terwujud] di Indonesia, kami bisa potong [biaya] logistik banyak sekali. Industri hilir yang bisa bernilai tambah lebih besar lagi. Supaya kemandirian kita [Indonesia] harus ada.


Kapankah pengembangan industri hilir sawit bisa Anda wujudkan?

Kami pelan-pelan akan masuk ke industri hilir. Kemungkinan juga nanti ke sana [ekspor]. Kalau produk kami diekspor ke China itu sangat memungkinkan sekali, juga India. Belum lagi [produk] biodiesel.

Mereka [India] mau menurunkan gas emisi dan pencemaran. Jadi, lagi lagi kalau profit sudah oke, mereka memikirkan planet dan people. Polusi itu tidak hanya merusak planet tetapi juga orang-orangnya.


Apakah ada perbedaan kultur setelah perusahaan melakukan IPO?

Syok tidak tetapi perlu sedikit adjustment dari yang sebelumnya tidak pernah tampil di publik, sekarang harus tampil di publik. Saya pribadi happy juga karena ini menjadi kesempatan saya menyampaikan jalan pemikiran saya kepada investor kami.

Rasa memilikinya ada dan mereka akan kami ajak sama-sama memikirkan hal yang prinsip, yaitu visi misi kami. Mereka bisa memberikan saran, kritik dan support, tentunya dengan membeli saham kami supaya kami bisa growth, dan bisa melakukan lebih banyak lagi.


Bagaimana rencana perusahaan dalam 5 tahun ke depan?

Kami sudah ada masterplan apa yang akan kami perbuat dalam 5 tahun. Contohnya, kami mau punya kebun yang lebih besar 5.000 hekta re (ha) sampai 20.000 ha. Kemudian kami mau memiliki pelabuhan dan industrial area. Kemudian, dengan [infrastruktur] itu, industri hilir bisa kami bangun. Akan ada kejutan setiap tahunnya.

Visi misi kami menjadi perusahaan sawit yang boleh dikatakan bukan 10 terbesar tetapi terbaik. Terbaik itu adalah memikirkan banyak hal yang lain, enggak hanya profit, market cap atau besarnya lahan.

Sepuluh [perusahaan] terbaik itu yang memikirkan lingkungan hidup, sustainability, produknya lebih sehat, lebih higienis dan poin poinnya yang secara moral bisa dipertanggungjawabkan.