HARGA CPO NAIK TAHUN DEPAN MAHKOTA GROUP (MGRO) BIDIK PENJUALAN RP 6 TRILIUN
26 November 2020
Produsen minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) PT Mahkota Group Tbk. optimis bisa mencetak penjualan sebesar Rp6 triliun pada 2021 seiring dengan tren kenaikan harga CPO di pasar global.
Direktur Utama Mahkota Group Usli Sarsi mengatakan target penjualan tersebut hampir dua kali lipat dibandingkan dengan target penjualan pada tahun ini sebesar Rp3,2 triliun. Dia menambahkan, penjualan bakal naik pesat tahun depan karena perseroan telah gencar menambah produksi, salah satunya lewat akuisisi pabrik CPO.
“MGRO akan melakukan akuisisi berupa akuisisi lahan sawit maupun pabrik baru,” ujar Usli dalam acara public expose yang digelar secara virtual, Rabu, (25/11/2020).
Dia mengungkapkan, Mahkota Group telah menyiapkan dana sekitar Rp250 miliar hingga Rp350 miliar untuk akuisisi tersebut. Adapun sumber belanja modal masih akan dikaji lebih lanjut.
Di sisi lain, emiten bersandi saham MGRO itu akan gencar menambah produk baru guna menggenjot penjualan. Ada empat produk baru yang rencananya akan mulai dipasarkan pada tahun depan.
“Lini produk dalam perencanaan perseroan pada tahun 2021 akan mencakup pada palm kernel oil (PKO), palm kernel expeller (PKE), sterin, dan minyak goreng,” ungkap Usli.
Hingga Oktober 2020, MGRO mencatatkan penjualan untuk CPO sebesar 241.000 ton. Jumlah ini tumbuh 29 persen dibandingkan tahun 2019 sebesar 186.000 ton.
Sementara itu, penjualan palm kernel mencapai 58.000 ton, naik 16 persen dibanding penjualan tahun 2019 sebesar 50.000 ton.
MGRO yakin pada tahun depan bisa meningkatkan penjualan ekspor hingga 50 persen Persentase segmen pasar pada tahun 2020 menunjukkan ekspor produk sawit MGRO hanya mencapai 3,3 persen dari total penjualan produk.
“Tahun depan kita akan mengatur kembali porsi ekspor. Ini kesempatan supaya bisa menjual produk kita ke luar negeri,” kata Direktur Mahkota Group Fuad Halimoen.
Seperti diketahui, emiten ini masih membukukan rugi bersih sebesar Rp37,11 miliar pada Januari hingga September 2020. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kerugian emiten ini, yaitu kendala teknisi dari Malaysia, terbatasnya supply produk refinery perseroan, dan penyusutan bunga bank.
“Ada kendala dari teknisi Malaysia. Karena pandemi, tidak bisa mengunjungi pabrik refinery kita, sehingga kita mengalami keterlambatan,” kata Usli.
Meski begitu, Usli optimis pada tahun 2021 kinerja pabrik refinery akan membaik. Kapasitas olahan dari pabrik refinery diperkirakan sebesar 1500 ton CPO per hari.