USLI : KESEPAKATAN COP26 PICU PENINGKATAN BIODESEL
25 November 2021
Hasil konferensi iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP26) yang berakhir Sabtu (13/11) lalu,mencapai kesepakatan bahwa bahan bakar fosil penyebab utama pemanasan global. Dari hasil konferensi para peserta sepakat pengurangan penggunaan batu bara secara bertahap yang disebut sebagai bahan bakar fosil terburuk untuk gas rumah kaca.
“Seperti kita ketahui bersama bahwa beberapa negara yang selama ini menggunakan batu bara sebagai bahan energi selalu menolak isu pemanasan global. Alasannya karena penggunaan batu bara tidak ramah lingkungan dan salah satu penyebab terjadi pemanasan global. Dengan adanya kesepakatan pengurangan penggunaan batu bara merupakan kabar baik dalam membatasi pemanasan global yang semakin mengkhawatirkan bagi kelangsungan makhluk,” ungkap Direktur Utama PT Mahkota Group Tbk, Usli Sarsi belum lama ini.
Selain itu tambah Usli, pengurangan penggunaan batu bara yang dilakukan secara bertahap , tentu saja negara yang selama ini menggunakan batu bara sebagai sumber energi akan mencari energi alternatif yang tentunya ramah lingkungan. Salah satu sumber energi pengganti batu bara adalah biodiesel.
Dapat dipastikan bahwa kebutuhan biodiesel terus meningkat, tidak saja di dalam negeri karena program biodiesel yang dilakukan pemerintah, tapi juga di luar negeri akibat dari pengurangan penggunaan bahan bakar fosil.
Negara-negara produsen biodiesel berlomba meningkatkan produksi biodiesel untuk memenuhi kebutuhan pasar baik dalam maupun luar negeri.
Saat ini, Indonesia sebagai produsen terbesar biodiesel di dunia dengan jumlah produksi mencapai 137 ribu barel minyak per hari lebih tinggi dibandingkan angka produksi biodiesel Amerika Serikat dengan 112 ribu barel, Brazil 99 ribu barel, dan Jerman 62 ribu barel minyak per hari.
“Saya yakin Indonesia akan mampu terus meningkatkan produksi biodiesel,” sebut Usli.
Bila melihat kegiatan produksi biodiesel di Indonesia telah berjalan cukup panjang dan terus mengalami peningkatan produksi. Berdasarkan data Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tahun 2009 produksi biodiesel 190 ribu kiloliter (kl), tahun 2012 naik menjadi 2,2 juta kl. Tahun 2015 kembali lagi naik menjadi 2,6 juta kl, tahun 2018 naik menjadi 6,2 juta kl dan tahun 2020 naik menjadi 8,59 juta kl.
Produksi Minyak Sawit
Dikatakan Usli, kebutuhan minyak sawit bukan saja untuk biodiesel sebagai sumber energi, tapi juga kebutuhan lainnya seperti kebutuhan pangan, consumer goods dan kebutuhan lainnya.
“Hilirisasi produk kelapa sawit mutlak dilakukan dan pemerintah telah menyiapkan hilirisasi produk kelapa sawit,” kata Usli.
Produk kelapa sawit dapat meningkatan produktivitas, penunjang kegiatan hilir seperti oleofood, oleokimia dan biofuel, penciptaan ekosistem, tata kelola, capacity building dan pengembangan teknologi untuk pengembangan usaha kelapa sawit. Ini otomatis akan menciptakan lapangan kerja baru dan tentunya menyerap tenaga kerja, walau selama ini industri kelapa sawit telah berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja baik langsung maupun tidak langsung.
Sumber : https://medan.tribunnews.com/2021/11/25/usli-kesepakatan-cop26-picu-peningkatan-permintaan-biodisel