WAKIL KETUA APINDOSU : USLI SARSI DUKUNG KOMITMEN PEMERINTAH INDONESIA SWASEMBADA PANGAN DAN ENERGI
28 Oktober 2024
Pada pidato pertamanya usai pengucapan sumpah sebagai Presiden Republik Indonesia di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD, Jakarta, pada Minggu (20/10/2024), Presiden Prabowo Subianto menyatakan komitmennya Indonesia menuju swasembada pangan dan energi sebagai langkah utama guna menghadapi tantangan global yang makin kompleks.
“Saya sangat mengapresiasi langkah yang akan dilakukan Presiden Prabowo Subianto. Ini langkah tepat mengingat ancaman krisis pangan dan energi semakin nyata terjadi. Beberapa negara mulai ada yang mengalami kekurangan pangan. Bila ini tidak segera diantisipasi, bisa mendatangkan ancaman serius bagi negara,” ungkap Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sumatera Utara (APINDOSU) membidangi Pertanian dan Perkebunan, Usli Sarsi melalui telepon selular, Senin (28/10).
Dikatakan Usli, Indonesia pernah berhasil mencapai swasembada pangan pada era pemerintahan Presiden Suharto tahun 1984. Bila Kabinet Merah Putih bekerja serius komitmen Presiden Probowo Subianti pasti dapat terwujud.
“Saya sangat optimis Indonesia bisa dapat kembali mencapai swasembada pangan ,” tegas Usli.
Dikatakan Usli, sebagai negara ke empat dengan populasi penduduk terbesar setelah India, Tiongkok dan Amerika Serikat, ketersediaan pangan menjadi hal yang mutlak untuk disediakan. Jangan menggantungkan ketersediaan pangan kepada negara lain dengan mengimpor pangan, ini sangat mengganggu stabilitas negara. Ketika dunia mengalami krisis pangan, tidak ada satu pun negara yang akan mengizinkan pangan mereka untuk dibeli.
“Saya optimis, target Presiden Prabowo Subianto paling lambat 4-5 tahun Indonesia akan swasembada pangan dapat tercapai. Bahkan bukan tidak mungkin Indonesia menjadi lumbung pangan dunia,” ujarnya.
Keyakinan Usli Indonesia mampu mencapai swasembada pangan karena Indonesia memiliki wilayah sangat luas yang bisa dijadikan lahan pertanian. Apalagi letak geografis Indonesia sangat cocok untuk pertanian dan perkebunan karena memiliki lahan subur, curah hujan cukup dan mendapat sinar matahari. Karena itu Indonesia disebut negara agraris.
Hal yang terpenting bagaimana kesuburan lahan pertanian dapat dipertahankan, sehingga hasil panen secara maksimal. Caranya lahan pertanian dan perkebunan lebih banyak mempergunakan pupuk kompos daripada pupuk kimia.
“Penggunaan pupuk kimia dalam jangka panjang dapat membuat tanah menjadi kering sehingga mengurangi kesuburan tanah. Sebaliknya penggunaan pupuk kompos dapat mempertahakan kesuburan tanah,” jelas Usli.
Energi
Selain swasembada pangan ungkap Usli, Presiden Prabowo Subianto juga menekankan Indonesia juga harus swasembada energi. Dalam keadaan ketegangan, dalam keadaan kemungkinan terjadi perang dimana-mana, Indonesia harus siap dengan kemungkinan yang paling jelek.
Jangan bergantung pada energi minyak bumi karena suatu saat energi tersebut akan hilang. Indonesia dulu pernah menjadi negara yang tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) karena negara pengekspor minyak bumi. Tapi Indonesia memutuskan keluar dari OPEC karena bukan lagi negara pengekspor minyak bumi tapi sudah pengimpor minyak bumi.
“Akan banyak negara yang selama ini pengekspor minyak bumi berbalik menjadi pengimpor minyak bumi karena persediaan minyak bumi semakin berkurang dan tidak mampu memenuhi kebutuhan di dalam negeri,” katanya.
Nantinya kebutuhan energi di seluruh dunia akan terus meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dengan menggunakan energi terbaharukan. Berbagai negara mulai mencari energi terbaharukan dengan memanfaatkan panas bumi, cahaya matahari, angin dan sebagainya.
Indonesia sebagai negara tropis sangat diuntungkan dalam menciptakan energi terbaharukan. Bisa memanfaatkan panas bumi, sinar matahari, angin dan sebagainya. Namun kata Usli energi terbaharukan berasal dari panas bumi, sinar matahari, angin masih terbatas dan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi yang semakin meningkat.
“Untuk mencapai swasembada energi hal yang paling mungkin dilakukan dengan meningkatkan hasil pertanian dan perkebunan yang dapat diolah menjadi energi,” jelasnya.
Hasil sawit dapat diolah menjadi energi Biodiesel yang saat ini sudah memasuki B30 dan akan terus dikembangkan sampai menjadi B100. Begitu juga dengan energi bioetanol yang berasal dari padi, jagung, ubi dan tanaman pangan lainya.